rahasia kelezatan coto|konro|gantala kuda
JENEPONTO - Orang tentu kenal dengan masakan soto. Namun orang Makassar menyebut coto, tidak pakai huruf “S” tapi “C’. Coto yang disajikan di warung-warung yang tersebar di Jeneponto, umumnya berdaging kuda. Bagian yang sering diolah untuk coto adalah usus, daging dan jeroan. Bumbu dan rempahnya yang sangat kental membedakan kuah masakan sejenis soto di tempat lain.
Berikut resep ringkas membuat coto kuda : dengan bahan-bahan dasar yang terdiri dari usus, hati, otak, daging kuda, dimasak dengan bumbu sereh, laos, ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, garam yang sudah dihaluskan, daun salam, jeruk nipis, dan kacang.
Makanan khas ini terbuat dari potongan daging ataupun tulang kuda. Daging dan tulang kuda direbus dalam wadah panci khusus, biasanya dari potongan drum, dalam waktu yang lama. Daging kuda tersebut hanya direbus dengan hanya menggunakan garam kasar, kemudian diberi bumbu dari akar-akar kayu. Meski tidak dimasak dengan bumbu yang komplit, makanan ini memiliki rasa dan aroma khas. dagingnya dapat disimpan untuk beberapa hari bila belum hendak dikonsumsi.
Di kalangan masyarakat Jeneponto, Gantala Jarang merupakan salah satu makanan yang harus ada dalam berbagai hajatan, misalnya pesta perkawinan. Bagi Anda yang tidak terbiasa dengan makanan ini pasti tidak akan berselera untuk mencicipinya, tapi masyarakat Jeneponto tidak demikian, dalam pesta-pesta pernikahan tidak akan sah atau ada sesuatu yang kurang jika tamu tidak disuguhi dengan hidangan Gantala Jarang.
Generasi tua di Jeneponto yang justru suka dan selalu mencari gantala ini disetiap hajatan, sebab kuahnya yang tidak terlalu kental dan daging yang direbus dengan matang membuat mudah dinikmati. Menurut masyarakat jeneponto Gantala merupakan menu istimewa generasi tua, ujarn salah satu waraga kalau saya diberi pilihan antara Coto Daging Kuda dan Gantala, maka saya akan memilih Gantala Jarang.
Masih ada juga masakan berbahan daging kuda yang sempat kami nikmati di Jeneponto berupa kawatu. Kalau ini berupa potongan-potongan daging kuda yang diolah seperti kita sering nikmati berupa semur. Kuahnya yang coklat kehitaman dan sudah meresap ke daging menjadikan daging empuk dan terasa manis. Sangat pas disajikan dengan nasi hangat tentunya.
Yah, kuda sebagai binatang spesial di Jeneponto kini mencapai harga dengan kisaran 2,5-5 juta per ekor tergantung postur tubuh dan kondisi fisik lainnya. Selain dari Jeneponto sendiri, kuda-kuda yang dipelihara warga saat ini sering didatangkan dari Flores, dan daerah lainnya di Sulawesi, seperti dari Pinrang, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.
Tentang rasa coto kuda dan gantala jarang, tidaklah begitu berbeda jauh dengan daging sapi akan tetapi sedikit lebih kenyal. Tapi bagi masyarakat Jeneponto terdapat mitos bahwa dengan makan daging “Jarang” akan memiliki stamina kuat dan pada dagingnya terdapat banyak zat-zat anti tetanus walaupun belum dibuktikan secara medis. Nah demikianlah ulasan blog turatea mengenai lezatnya olahan daging kuda di jeneponto.
Resep coto|konro|gantala kuda turatea
Berikut resep ringkas membuat coto kuda : dengan bahan-bahan dasar yang terdiri dari usus, hati, otak, daging kuda, dimasak dengan bumbu sereh, laos, ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, garam yang sudah dihaluskan, daun salam, jeruk nipis, dan kacang.
- Rebus daging kuda, usus, dan hati, beri serai, lengkuas, jahe dan salam setelah matang angkat, tiriskan, potong dadu, jerohan kuda matang, potong dadu, sisihkan.
- Panaskan minyak, tumis bumbu yang dihaluskan hingga harum, masukkan kedalam kaldu, tambahkan kacang tanah goreng, didihkan.
- Penyajian, siapkan mangkuk, isi dengan daging dan jerohan beri kuahnya.
- Taburi bawang goreng, irisan daun bawang dan seledri sajikan dengan buras dan sambal taoco.
- Pada umumnya Coto Kuda disajikan/dimakan bersama ketupat.
- Rebus iga kuda, kayumanis, cengkeh, daun salam, lengkuas, garam dan air asam jawa.
- Tumis bumbu halus dan bawang merah iris hingga harum.
- Tuang tumisan bumbu ke dalam rebusan iga dan masak sampai bumbu meresap dan iga matang.
- sajikan panas dengan sambal dan air jeruk nipis.
- Sop Konro pada umumnya disajikan/dimakan bersama nasi putih dan sambal.
Makanan khas ini terbuat dari potongan daging ataupun tulang kuda. Daging dan tulang kuda direbus dalam wadah panci khusus, biasanya dari potongan drum, dalam waktu yang lama. Daging kuda tersebut hanya direbus dengan hanya menggunakan garam kasar, kemudian diberi bumbu dari akar-akar kayu. Meski tidak dimasak dengan bumbu yang komplit, makanan ini memiliki rasa dan aroma khas. dagingnya dapat disimpan untuk beberapa hari bila belum hendak dikonsumsi.
Di kalangan masyarakat Jeneponto, Gantala Jarang merupakan salah satu makanan yang harus ada dalam berbagai hajatan, misalnya pesta perkawinan. Bagi Anda yang tidak terbiasa dengan makanan ini pasti tidak akan berselera untuk mencicipinya, tapi masyarakat Jeneponto tidak demikian, dalam pesta-pesta pernikahan tidak akan sah atau ada sesuatu yang kurang jika tamu tidak disuguhi dengan hidangan Gantala Jarang.
Generasi tua di Jeneponto yang justru suka dan selalu mencari gantala ini disetiap hajatan, sebab kuahnya yang tidak terlalu kental dan daging yang direbus dengan matang membuat mudah dinikmati. Menurut masyarakat jeneponto Gantala merupakan menu istimewa generasi tua, ujarn salah satu waraga kalau saya diberi pilihan antara Coto Daging Kuda dan Gantala, maka saya akan memilih Gantala Jarang.
Masih ada juga masakan berbahan daging kuda yang sempat kami nikmati di Jeneponto berupa kawatu. Kalau ini berupa potongan-potongan daging kuda yang diolah seperti kita sering nikmati berupa semur. Kuahnya yang coklat kehitaman dan sudah meresap ke daging menjadikan daging empuk dan terasa manis. Sangat pas disajikan dengan nasi hangat tentunya.
Yah, kuda sebagai binatang spesial di Jeneponto kini mencapai harga dengan kisaran 2,5-5 juta per ekor tergantung postur tubuh dan kondisi fisik lainnya. Selain dari Jeneponto sendiri, kuda-kuda yang dipelihara warga saat ini sering didatangkan dari Flores, dan daerah lainnya di Sulawesi, seperti dari Pinrang, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.
Tentang rasa coto kuda dan gantala jarang, tidaklah begitu berbeda jauh dengan daging sapi akan tetapi sedikit lebih kenyal. Tapi bagi masyarakat Jeneponto terdapat mitos bahwa dengan makan daging “Jarang” akan memiliki stamina kuat dan pada dagingnya terdapat banyak zat-zat anti tetanus walaupun belum dibuktikan secara medis. Nah demikianlah ulasan blog turatea mengenai lezatnya olahan daging kuda di jeneponto.
Maaf, sy mnt no hpx ada hal yg perlu sy bicarakan. Tks..
BalasHapus@Ferry Febrianto Inbox via email saja pak via menu kontak di blog saya
BalasHapus